PADANG, HARIANHALUAN.ID – Dinas Kesehatan atau Dinkes Padang menargetkan pada tahun 2025, tidak ada lagi kasus kematian ibu.
“Ini yang harus kita upayakan bersama, bagaimana ibu bisa mendapat pelayanan kesehatan secara maksimal, serta melakukan skrining kesehatan bagi ibu hamil yang beresiko,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Srikurnia Yati.
Dalam raker yang diikuti oleh Camat se-Kota Padang, organisasi profesi, OPD yang terkait dengan kesehatan, serta institusi pendidikan, juga dibahas beberapa permasalahan yang menjadi atensi bersama yakni penurunan angka stunting.
“Memang tujuan dari Raker ini untuk menyampaikan permasalahan program selama tahun 2024, menampung usulan, guna menyusun program tahun 2025,”katanya.
Untuk kasus stunting, lanjut Kadis, hingga November 2024, terdapat 1460 anak stunting atau 2,52 persen dari jumlah anak yang ada di Kota Padang.
Ia menambahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan kerjasama lintas sektor, nantinya setiap data permasalahan kesehatan yang akan dilengkapi dengan analisis, sehingga memudahkan dalam melakukan intervensi.
“Alhamdulillah seluruh Camat siap mendukung program-program Dinkes, terutama menyukseskan persiapan Survey Status Gizi indonesia yang akan dilakukan bulan ini,”ujarnya.
Pada kesempatan ini ia juga mengapresiasi dan berterima kasih kepada Poltekes Indonesia yang siap mendukung program Dinkes terkait permasalahan stunting dengan membantu pemberian makanan tambahan kepada anak stunting di Dapur Gizi yang ada di kecamatan.
Sub Koordinator Kesehatan Keluarga Dinkes Kota Padang, Ratna Sari, menyebutkan, hingga triwulan tiga tercatat sebanyak 11 kasus kematian ibu dan 70 kasus kematian bayi.
“Kita menghitung secara absolut. Pada 2023, AKI mencapai 23 kasus dan turun secara signifikan hingga Oktober 2024 di angka 11 orang. Kalau AKB di tahun 2023 ada sebanyak 120 kasus dan turun secara signifikan hingga 70 kasus di triwulan tiga tahun 2024,” kata Ratna,
Setelah dilakukan beberapa kali audit kematian, kata Ratna, dapat disimpulkan bahwa beberapa kasus AKI disebabkan karena si ibu tidak layak hamil atau hamil dengan penyakit dan kasus AKB pada umumnya disebabkan oleh berat badan lahir rendah (BBLR).
“Hasil audit hingga saat ini membuktikan bahwa ada ibu yang menderita Hipertiroid, penyakit jantung dan sebagainya. Para ibu yang menderita penyakit tersebut sebetulnya tidak layak hamil karena akan menimbulkan resiko yang besar. Kemudian untuk kasus AKB tertinggi disebabkan oleh BBLR, kelainan Kongenital, dan penyakit yang menyebab infeksi lainnya pada bayi,” katanya.
Dinas Kesehatan Kota Padang terus berupaya melakukan rekomendasi untuk meningkatkan mutu pelayanan agar tidak ada lagi kasus kematian seperti pada kasus sebelumnya.
“Kita terus melakukan audit kematian ke puskesmas, rumah sakit agar mereka terus meningkatkan pelayanan. Kemudian kita juga melakukan pembinaan ke tempat layanan primer yang mengadakan pemeriksaan ibu hamil, seperti klinik atau puskesmas. Lalu kita juga mengedukasi dan melakukan penyuluhan kepada kader kesehatan yang bergerak di lapangan,” katanya. (*)