Menurutnya, Aceh Culinary Festival memiliki misi melestarikan dan mempromosikan kuliner-kuliner tradisional nusantara, khususnya masakan Aceh dengan ragam kulinernya yang lezat dan kaya rempah.
“Kuliner-kuliner Aceh bisa menjadi magnet pariwisata yang membesarkan nama Indonesia di mata dunia. Saya optimis Aceh Culinary Festival turut ikut membangkitkan peluang usaha dan lapangan kerja seluas-luasnya, serta ragam kuliner Aceh bisa ikut menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi positif,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan catatan Disbudpar Aceh, jumlah transaksi yang terjadi pada ajang festival kuliner dalam kurun waktu 2014-2019 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pada 2014 saja, lanjut Almuniza, dengan sajian 15 tenan atau stan, jumlah transaksinya mencapai Rp100 juta. Seiring penambahan stan, Aceh Culinary Festival 2015 mencetak transaksi hingga Rp500 juta.
Di tahun berikutnya, jumlah transaksi pada Festival Kuliner Aceh diperkirakan mencapai Rp1,2 miliar, Tahun 2017 Rp2 miliar, Tahun 2018 Rp3,5 miliar dan Tahun 2019 tembus Rp5 miliar.
“Sejak 2014 hingga 2019, grafik transaksi pada iven Festival Kuliner Aceh setiap tahun selalu meningkat, puncaknya itu di Tahun 2019 silam, tembus Rp5 miliar. Tahun berikutnya Aceh Culinary Festival rest istirahat, dan tahun kemarin 2021 kita gelarnya secara online karena pandemi,” ujar Almuniza.