Gusti menerangkan, melihat permintaan dan realisasi tahun-tahun sebelumnya, maka yang serapan KPR FLPP terbanyak adalah di wilayah Sumatra Barat dan Pekanbaru. Gusti menambahkan bahwa kabar yang paling menggembirakan selain persetujuan kuota ini adalah Tahun 2023 ini masyarakat berpenghasilan tidak tetap (non-fixed income), yaitu profesi wiraswasta dan profesi selain pegawai lainnya dapat mengakses KPR FLPP.
Perubahan ketentuan ini merupakan angin segar bagi masyarakat swasta, karena sebelumnya KPR FLPP ini baru terbatas kepada pegawai berpenghasilan tetap, padahal data menunjukan bahwa kebutuhan perumahan yang tinggi dan terbanyak tersebut adalah para masyarakat wiraswasta.
Di samping itu, pegawai swasta juga dapat mengakses KPR FLPP ini. Kelebihan apabila masyarakat mengambil kredit/pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi Sejahtera FLPP, di antaranya adalah harga rumah terjangkau dan standar (saat ini rata-rata Rp150.500.000), uang muka ringan. Kemudian mendapatkan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dari pemerintah.
Jangka waktu pinjaman bisa sampai dengan 20 tahun, suku bunga atau margin sangat murah hanya 5 persen per tahun dan tidak akan berubah sepanjang jangka waktu. Selanjutnya, cicilan bulanan ringan, yaitu pada kisaran Rp900 ribu sampai Rp1 juta per bulan atau sekitar Rp35 ribu per hari. Adanya kepastian legalitas, kepastian ketersediaan air, listrik dan fasilitas umum.
Ia mengimbau kepada para developer untuk segera menyelesaikan rumah-rumah dan fasum yang sedang dibangun, dan masyarakat yang membutuhan KPR FLPP agar segera mempersiapkan berkas permohonan untuk disampaikan kepada Bank Nagari.
Hal ini mesti dilakukan segera karena kuota awal Bank Nagari terbatas, yaitu hanya 1.250 unit rumah. Kuota ini bersifat racing yang artinya siapa cepat, dia yang dapat kuota. Gusti juga menambahkan, jika informasi mengenai rumah dan peluang mendapatkan KPR FLPP ini dapat juga ditanyakan kepada developer yang sedang melakukan pembangunan perumahan, karena umumnya para developer tersebut merupakan nasabah perbankan. (*)