Teks foto : Universitas Andalas (UNAND) melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang pengelolaan sampah organik dengan skema kolaborasi bersama beberapa stakeholder. Pengelolaan sampah organik berbasis sirkuler ekonomi dengan Maggot Black Soldier Fly (BSF) tersebut dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat. NURFATIMAH
PADANG, HARIANHALUAN.ID — Universitas Andalas (UNAND) melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang pengelolaan sampah organik dengan skema kolaborasi bersama beberapa stakeholder. Pengelolaan sampah organik berbasis sirkuler ekonomi dengan Maggot Black Soldier Fly (BSF) tersebut dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat.
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNAND, Resti Rahayu mengatakan pengabdian kepada masyarakat di Kelurahan Rimbo Kaluang mengenai pembudidayaan maggot tersebut melibatkan beberapa stakeholder pada bidang lingkungan di antaranya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) hingga Padang Mamilah.
“Kita menggandeng stakeholder terkait untuk mendukung program pengurangan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sampah-sampah ini apabila dikelola dan diolah dengan benar, maka itu akan memberikan sejumlah manfaat, baik bagi lingkungan maupun bagi masyarakat,” ujarnya, Senin (2/12).
UNAND, sambungnya ikut bergerak dalam proses dan program pengurangan sampah ke TPA dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah salah satunya dengan memberi pelatihan bagaimana membudidayakan maggot.
“Kita melatih masyarakat Rimbo Kaluang untuk mengelola sampah organik dengan cara membudidayakan maggot melalui pembuatan rumah maggot. Maggot merupakan cara tercepat, termurah dan termudah dibandingkan dengan kompos biasa dalam mengurai sampah,” tutur Resti.
Dalam mengurai sampah, sambungnya lagi, maggot hanya membutuhkan waktu satu sampai tiga hari. Jika dibandingkan dengan proses kompos biasa yang memakan waktu tiga sampai enam bulan, kompos maggot jauh lebih menghemat waktu dan biaya.
“Selain cepat, mudah dan murah dalam mengurai sampah, maggot juga kaya akan manfaat lain. Maggot itu tinggi protein hingga 61 persen sehingga bisa diolah menjadi pakan ternak, minyak, tepung untuk pelet ikan dan sebagainya,” kata Resti.
Terkait pelatihan pembudidayaan maggot, katanya, UNAND siap melatih dan membimbing masyarakat di berbagai kecamatan maupun kelurahan serta bersedia memberikan bantuan bahkan melalui dana CSR apabila ada perkembangan pada pembudidayaan maggot tersebut.
“Sebenarnya, keinginan untuk mengelola sampah ini memang harus tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Jika ada kesadaran dari masyarakat, kami juga ikut bersemangat membimbing mereka sampai berkembang. Kendati demikian, kami tetap menyisir kelurahan, RT/RW hingga kelompok pemuda yang ingin ikut andil dan bahu membahu dalam mengurangi sampah ini,” ujarnya.
Melalui pengabdian kepada masyarakat tersebut serta semangat dan keinginan masyarakat untuk mengelola sampah bisa menjadi jalan keluar untuk mengurangi jumlah sampah yang ada di Kota Padang sehingga Kota Padang Bersih bisa terwujud. (*)