“Kita butuh ekosistem baru. Bukan hanya koperasi sekolah formal, tapi koperasi yang lahir dari semangat kewirausahaan generasi muda,” katanya.
Politikus asal Sumatera Barat ini juga menyambut baik masuknya agenda koperasi dalam Asta Cita ke-3 Presiden Prabowo, yang menargetkan penguatan ekonomi kerakyatan. Menurut Arisal, ini bisa menjadi jalan masuk untuk mereformasi total wajah koperasi Indonesia agar lebih relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Tak hanya itu, ia mendorong Kementerian Koperasi untuk mempercepat digitalisasi koperasi, baik dari segi pelayanan, pencatatan, maupun transparansi keuangan. Ia mencontohkan keberhasilan beberapa koperasi berbasis aplikasi digital di sejumlah daerah yang berhasil menarik minat milenial dan gen Z.
“Koperasi tak boleh identik lagi dengan hal yang jadul, kaku dan kuno. Branding koperasi harus dirombak total. Kampanye koperasi harus memanfaatkan media sosial, influencer, bahkan platform game jika perlu,” tegasnya.
Terkait dengan regulasi, Arisal juga menyinggung pentingnya percepatan pembahasan dan pengesahan Undang-Undang Perkoperasian yang baru. Ia berharap UU ini bisa memberi ruang inovasi yang luas bagi koperasi modern tanpa menghilangkan nilai-nilai kolektif dan solidaritas sosial yang menjadi roh koperasi.
“Kalau undang-undangnya masih warisan zaman lama, kita sulit bergerak. UU baru harus fleksibel, tapi tetap menjaga semangat gotong royong. Negara harus hadir sebagai fasilitator dan akselerator, bukan sekadar regulator,” tuturnya.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan Hari Koperasi 2025 sebagai tonggak lahirnya koperasi generasi baru, koperasi yang muda, digital, profesional dan tetap berpijak pada nilai-nilai kebersamaan.
“Kalau koperasi mau relevan, ia harus tumbuh bersama zaman,” tutur Arisal Aziz. (*)