Pertama, berkaitan dengan karier Jokowi di PDIP yang belum pernah menjadi Ketua PDIP Kabupaten/Kota dan Provinsi. Bahkan Jokowi belum pernah menduduki jabatan yang bisa dibilang penting di PDIP selama ini. Dengan ini sangat mungkin ada para senior di PDIP yang merasa kurang sreg jika tiba-tiba Jokowi menduduki posisi puncak.
Sebenarnya di Parpol lain biasa saja. Tapi di PDIP yang aturan dan penentuan jenjang karier yang sudah demikian rapi, yang mungkin jadi problema.
Kedua, persoalan trah Soekarno. Bagaimanapun, keberhasilan PDIP menjadi partai besar seperti sekarang, tak dapat dilepaskan dari nama besar Soekarno. Ketika menyebut nama besar Soekarno, pun tak bisa pula dipisahkan dari “Trah Soekarno”.
Persoalannya, Jokowi bukanlah berada di lingkaran trah Soekarno. Satu-satunya trah Soekarno yang muncul ke permukaan sekarang ini adalah Ketua DPR-RI Puan Maharani yang kini menduduki jabatan Wakil Ketua DPP-PDIP.
Memang benar juga yang dikatakan relawan “Kami Ganjar” bahwa fatsun PDIP adalah partai demokrasi. Bukan partai kerajaan. Namun perlu diingat, bahwa kelahiran dan perjalanan PDIP punya sejarah yang panjang, berliku dan penuh kegetiran.
Semuanya itu dijalani, dirasakan dan dipegang dengan kepalan tangan penuh darah dan air mata oleh Megawati.
Namun kesimpulannya, akankah trah Soekarno akan berlanjut ataukah akan berakhir sampai di sini? Entahlah. (Penulis Wartawan Senior, Penulis Buku,”Kursi Kekuasaan”)