Pemasaran menurut Islam memiliki nilai dan karakteristik yang menarik. Pemasaran syari’ah meyakini perbuatan seseorang akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Selain itu, pemasaran syariah mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral dalam pelaksanaannya. Jangan sampai kegiatan tersebut mengalami disorientasi dan cenderung mengejar keuntungan yang instan, maka terkadang kegiatan marketing yang mulia dan penuh etika itu berubah dengan kebodohan dan kezaliman.
Seyogyanya kita bisa menempatkan fungsi marketing (bisa juga dibaca bisnis) dengan nilai-nilai etika dan moralitas (akhlaqul karimah) sehingga terhindar dari penyimpangan-penyimpangan yang menggerogoti nilai dan keberkahan dari marketing itu sendiri.
Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian, dimana kita membaca, mendengar, melihat berita tentang investasi bodong, tipu-tipu bisnis, dan lain sebagainya. Menyimak uraian berbagai sumber di atas, kita perlu untuk selalu melakukan uji klinis baik sebagai marketer maupun sebagai konsumen atau pelanggan. Sehingga semakin bertindak logis jauh dari pragmatis dalam melakukan bisnis maupun sebagai konsumen atau pelanggan. Salah satu alat ujinya adalah dengan mengingat, memahami dan menerapkan sifat rasulullah baik sebagai marketer maupun sebagai pelanggan atau konsumen.
Karakter dan sifat Nabi Muhammad SAW dalam melakukan proses bisnis sungguh sangat mulia. Nabi Muhammad telah menunjukkan bagimana cara berbisnis yang berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan sikap amanah sekaligus bisa tetap memperoleh keuntungan yang optimal. Dalam bisnis dan pemasarannya, Nabi Muhammad SAW selalu menjelaskan dengan baik kepada para pembelinya segala kelebihan dan kekurangan produk yang beliau jual. Jadi kejujuran merupakan hal yang utama dalam perniagaan yang dilakukakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW dikenal dengan kejujurannya termasuk dalam berdagang. Beliau tidak pernah mengurangi takaran pada dagangannya, malah menambahkannya agar pembeli senang dengan pelayanannya. Kelebihan dan kekurangan kondisi barang dagangannya pun selalu beliau katakan pada pembeli.
Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan dirinya sebagai pedagang yang argumentatif dan komunikatif. Sehingga banyak mitra bisnis dan pelanggan merasa senang berbisnis dengannya. Lebih dari itu, Nabi Muhammad SAW mampu memberi pemahaman kepada mereka perihal bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam berdagang, Nabi Muhammad sangat mengedepankan sikap jujur, ikhlas, dan profesional. Ia tidak pernah membohongi pembeli mengenai kondisi barang dagangan yang dijualnya. Bila ada produknya yang memiliki kelemahan atau cacat, maka tanpa ditanyakan nabi Muhammad langsung menyampaikannya dengan jujur dan benar, tak ada sedikitpun yang disembunyikan.