Oleh : Septi Mayang Sarry, MPsi, Psikolog (Dosen Prodi Psikologi FK Unand)
Telah terjadi bencana tanah longsor (galodo) di beberapa titik sekitaran Danau Maninjau pada Jumat dini hari tanggal 14 Juli 2023. Kondisi ini mengakibatkan berbagai macam kerugian baik materi maupun nonmateri bahkan mengakibat 2 orang korban jiwa.
Kejadian yang berlangsung karena derasnya curah hujan yang telah berlangsung beberapa jam sebelumnya. Kondisi inimengakibatkan banyaknya pohon tumbang, material batu ataupun tanah yang turun ke jalan bahkan masuk ke dalam beberapa rumah warga yang mengakibatkan terputusnya jalur transportasi, listrik, dan internet.
Hal ini mengakibatkan beberapa warga terkurung di rumah, melarikan diri ke keramba ikan yang ada di danau, ataupun mengungsi ke tempat yang aman termasuk anak-anak mereka.
Beberapa hari setelah kejadian ini, yaitu pada tanggal 23 Juli 2023 IDAI Cabang Sumatera Barat dan Prodi Kesehatan Anak Program Spesialis FK Unand/ RSUP M. Djamil serta melibatkan Puskesmas Maninjau dan Psikolog dari Prodi Psikologi Universitas Andalas melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan in berupa pengecekan kesehatan dan pengobatan gratis serta pendampingan sosial berupa bermain bersama anak dan konseling psikologis.
Berdasarkan hasil konseling psikologis tersebut, didapatkan data bahwa pada anak-anak yang yang melihat dan mengalami kejadian tersebut mengakibatkan munculnya beberapa keluhan baik secara fisik maupun psikologis. Keluhan fisik yang banyak dialami adalah munculnya penyakit kulit, sakit kepala, sakit perut, pilek ataupun batuk.
Disamping itu, kejadian ini juga mengakibatkan gangguan psikis seperti ketakutan dengan suara hujan, kecemasan saat malam hari, gangguan tidur, perubahan perilaku yang menjadi tidak mau berpisah dengan orang tua, bahkan menolak untuk pergi ke sekolah terutama saat hujan.
Permasalahan-permasalahan psikologis yang muncul ini merupakan respon normal pada situasi luar biasa seperti paska bencana karena memang baru terjadi dalam rentang waktu belum mencapai satu bulan dan bahkan anak-anak tersebut mengalaminya secara langsung dengan situasi yang mencekam. Namun, jika gejala ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan dan pendampingan yang tepat maka akan bisa mengakibatkan gangguan psikologis seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Phobia, bahkan munculnya Depresi. Untuk itu, perlu adanya dukungan terutama dari orang tua agar bisa mengantisipasi gangguan-gangguan tersebut.
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memberikan dukungan ataupun pendampingan pada anak setelah kejadian bencana alam seperti longsor dengan cara mengelola kondisi emosi orang tua terlebih dahulu agar tidak panik ataupun cemas ketika hari hujan. Emosi panik atau cemas orang tua ini bisa memengaruhi kondisi emosional pada anak. Orang tua juga bisa memberikan pemahaman kepada anak jika hujan tidak selalu akan menimbulkan peristiwa longsor. Jika anak merasa takut ataupun cemas maka orang tua tidak boleh langsung mengabaikan apa yang sedang dirasakan oleh anak, namun orang tua perlu memberikan penguatan positif dengan kata-kata seperti, “Kamu tidak sendiri dan kita akan terus bersama-sama”, “Nanti jika memang tidak reda hujannya sekitar 30 menit lagi, kita siap-siap untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman”, “Berdoa kepada Allah agar kita terhindar dari bencana longsor dan hujan yang turun membawa berkah”.
Selain itu, orang tua juga bisa berusaha untuk memberikan persepsi positif terhadap hujan seperti saat hujan kita bisa mandi hujan, suasana menjadi lebih dingin, dan air hujan memiliki banyak manfaat. Selain itu, orang tua juga bisa mendorong anak untuk tetap melakukan rutinitas harian anak seperti biasanya seperti bermain bersama teman-temannya, pergi ke sekolah, ataupun membantu pekerjaan orang tua di ruma
Kepercayaan diri anak juga perlu untuk ditingkatkan agar menjadi lebih mandiri dan pemberanisehingga anak bisa mengelola emosi dan perilaku untuk menyesuaikan diri dengan kondisi setelah bencana. Diharapkan ketakutan anak-anak terhadap hujan akan hilang secara perlahan hingga mereka menyukai hujan kembali namun dengan lebih waspada. (*)