Oleh : Dewi Yuliani, SAg,MA (Pengawas PAI SMP, SMA dan SMK Padang)
Hati adalah salah satu bagian dari tubuh yang terselip dalam organ dalam seorang manusia. Dengan hati kita bisa lembut, dengan hati kita terkadang juga bisa kasar, dengan hati kita bisa luluh dan menangis, tapi dengan hati juga kita bisa bergembira. Begitu besarnya peranan hati, mari kita jaga hati biar tertata dengan baik dan mendapat tempat yang baik dalam hidup dan kehidupan kita.
Dalam perjalanan hidup sering kita merasa hal baik telah kita lakukan, tapi dalam kenyataan masih ada aja kesalahan sehingga merusak hati dan pikiran. Berjalan sesuai rel bukanlah hal yang gampang, tapi butuh orang yang paham dengan kita. Pangkat dan kedudukan tidak menjamin lahirnya hati yang bahagia, kesombongan dan keangkuhan manusia dan keapatisan telah membuahkan hati yang terpenjara dengan rasa tak menentu, kadang gundah gulana, kadang sedih dengan mereka sendiri, bahkan terkadang kita terbawa apatis dengan situasi yang angkuh.
Hidup memang terasa unik pada zaman sekarang, apabila dalam organisasi terhimpun orang-orang yang tak paham dengan memahami hati, maka rusaklah hati para anggota bahkan atasannya.Tapi ketika hati dapat ditata dengan baik dan penuh keramah-tamahan, maka organisasi itu akan bisa menjalankan programnya dengan baik. Mundur selangkah untuk maju beberapa langkah adalah suatu isyarat untuk dapat memimpin organisasi dengan baik. Hati yang tunduk bukan berarti kalah, tapi malah akan melahirkan kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang bersemayam padanya.
Sebutlah si A adalah salah seorarng ketua dalam memimpin suatu organisasi lokal, dengan kepiawaiannya yang mampu menata hati para atasan dan anggota dengan baik, maka majulah organisasi tersebut, apa pun bentuk kegiatan dia selalu koordinasi dengan atasan, teman kerja dan orang-orang yang terkait. Walau pun dia paham, tapi dia menghargai pendapat siapa pun yang berkomentar dan yang memberikan saran,walau pun bahkan terkadang dia harus menundukkan egonya sepihak. Al hasil rasa persaudaraan, kekompokan terus terjalin dengan baik.
Lain halnya dengan si B, sebagai seorang ketua, dia tak mau pendapatnya ditentang bahkan untuk berkoordinasi dengan atasan pun dia merasa hal yang sia-sia. Sehingga perjalanan organisasi tersebut terkesan kurang sehat dan kurang gairah, karena orang-orang sepaham saja yang mau bergabung dan berinteraksi dalam organisasi tersebut.
Dari contoh di atas, marilah terus kita tata hati dengan baik dan pikirkan apa yang harus diucapkan, jangan asal bunyi. Merendahkan hati bukan berarti kepintaran kita berkurang bahkan gezah kita akan terangkat. *