PADANG, HARIANHALUAN.ID — Potensi pariwisata Sumatera Barat yang cukup beragam dan menarik menjadi modal besar menjadi salah penopang pertumbuhan perekonomian daerah pascapandemi. Hal ini tentu perlu ditindaklanjuti dengan program yang lebih strategis dan pembenahan, agar geliat sektor pariwisata ini juga mampu menggerakkan perekonomian masyarakat.
Ekonom Unand Dr, Hefrizal Handra menilai, aktivitas pariwisata Sumatra Barat, memiliki dampak multiplier effect yang luar biasa bagi banyak sektor perekonomian masyarakat di daerah.
Namun pada masa pemulihan pasca pandemi Covid-19 seperti saat ini, menurut Wakil Rektor Unand ini, sejumlah data dan indikator penting yang mengindikasikan bahwa sektor pariwisata Sumbar sudah mulai kembali menggeliat, perlu ditelisik lebih jauh lagi.
“Kita perlu mempertanyakan lagi, apakah aktivitas pariwisata saat ini sudah normal seperti halnya masa sebelum pandemi? Apakah jumlah penerbangan dari luar daerah sudah kembali normal sebelum pandemi?” ujarnya kepada Haluan Jumat (18/8).
Hefrizal Handra menyebut, secara kasat mata, tingkat okupansi hotel di daerah tujuan wisata seperti di Kota Padang dan Bukittinggi memang terlihat penuh. Meski begitu penuhnya hotel maupun penginapan tidak bisa dijadikan indikator dan acuan utama bahwa aktivitas pariwisata Sumbar sudah kembali normal.
“Saya kira, meski dampak pandemi sudah tidak terasa lagi, namun aktivitas pariwisata Sumbar saat ini masih belum sepenuhnya normal, Apalagi pariwisata Sumbar baru bisa mengandalkan kedatangan wisatawan lokal. Kalaupun ada wisatawan mancanegara, paling hanya dari negara Malaysia,” jelasnya,