Sebagai negeri pemilik filosofi ABS-SBK, Sumbar punya potensi besar mengembangkan wisata religi dan wisata halal. Bagaimana pandangan MUI dalam pengembangan sektor pariwisata religi dan wisata halal di Sumbar?
Pertama, tentu kita menyetujui pariwisata adalah salah satu sumber pendapatan di Sumbar. MUI sangat memahami dan karena itu Pemerintah Sumbar dan pihak-pihak terkait untuk memajukan pariwisata adalah hal yang bagus dan secara prinsipnya adalah hal yang baik untuk pengembangan perekonomian.
Kedua, istilah wisata religi adalah branding. Kalau kita bicara dalam konteks Sumbar semestinya semua gerakan pariwisata harus sesuai dengan falsafah. Tentu seluruh pariwisata mengacu kepada ABS-SBK.
Jangan sampai nanti ada wisata religi dan non religi, selama kita masih terus mendengungkan ABS-SBK itu. Jadi istilah religi dan tidak religi itu hanya branding saja.
Selain melihat objek wisata religi dan menikmati wisata halal, apakah ada agenda-iven religi/agama yang bisa jadi daya tarik wisatawan datang ke Sumbar Buya?
Saya melihat tidak hanya wisata religi, tapi seluruh pariwisata kita harus menampilkan ABS-SBK kita. Apapun agenda yang akan dibuat semestinya seluruhnya religi. Karena Sumbar ini bumi yang berfalsafah ABS-SBK.