“Mengenang kematian di Kanjuruhan,” bunyi tulisan hitam dalam spanduk putih.
Tragedi Kanjuruhan bukan saja jadi duka bagi sepak bola Indonesia, tetapi dunia. Di Benua Biru, laga pekan ketiga Liga Champions diawali dengan mengheningkan cipta untuk Tragedi Kanjuruhan.
Insiden tragis itu bermula dari kekalahan tuan rumah Arema dari Persebaya Surabaya, 2-3. Kekalahan membuat suporter turun ke lapangan.
Tetapi sikap suporter itu berujung bentrok dengan polisi. Bentrokan berlanjut dengan tembakan gas air mata polisi kepada pendukung Arema.
Tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribune membuat penonton panik dalam menyelamatkan diri. Kondisi itu membuat penonton berdesakan dalam mencari jalan keluar.
Imbasnya penonton saling injak dan sesak napas karena asap gas air mata. Sejauh ini pemerintah baru merilis 125 orang yang tewas, termasuk dua anggota polisi. (*)