Rumah Sakit di Sumbar Siaga Hadapi Nataru karena Potensi Lonjakan Covid-19

Sejumlah calon penumpang berada di Bandara Internasional Minangkabau, Kabupaten Padang Pariaman, Selasa (14/12). Pemerintah mewajibkan wajib vaksin sebagai syarat perjalanan jarak jauh saat libur Natal dan tahun baru. FAJAR

PADANG, HALUAN — Sejumlah rumah sakit (RS) rujukan pasien Covid-19 mulai “pasang kuda-kuda” menghadapi potensi lonjakan kasus saat momen natal dan tahun baru (nataru), baik dari kesiapan tenaga kesehatan (nakes) hingga fasilitas pendukung rawatan. Untuk saat ini, keterisian tempat tidur pasien Covid-19 sangat lapang.

Direktur Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi dr. Khairul kepada Haluan mengatakan, sejak dua hari terakhir sudah tidak ada lagi pasien Covid-19 yang dirawat di RSAM. Jumlah pasien yang membutuhkan perawatan intensif pun terus menurun dalam dua bulan terakhir.

“Sekarang sudah kosong. Alhamdulillah tidak ada lagi pasien yang dirawat sejak dua hari yang lalu. Penurunan sudah terjadi dalam dua bulan terakhir, karena kami menerima di bawah atau kurang dari lima pasien, bahkan beberapa kali hanya ada satu pasien,” kata Khairul, Selasa (14/12).

Padahal, Juli lalu saat kasus positif di Sumbar melonjak, Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di RSAM hampir penuh. Bahkan, pihak RS harus menyiapkan tempat tidur tambahan beserta tenaga kesehatannya.

Meski demikian menurut Khairul, pihaknya tetap melakukan persiapan sebagai antisipasi potensi keadaan terburuk Covid-19 yang bisa saja kembali kembali terjadi. Terlebih, dengan munculnya varian baru Covid-19 yang bisa saja mengancam.

“Ruang rawatan atau tempat tidur, jika nanti terjadi lonjakan kasus, jumlahnya kembali bisa ditingkatkan ke semula, karena saat ini sebagian ruangan dialihfungsikan sebagai ruang rawatan bagi pasien non-Covid,” ujarnya.

Begitu juga dengan kesiapan fasilitas pendukung lainnya, sambung Khairul, RSAM juga menyiapkan ventilator yang bisa langsung bisa digunakan jika dibutuhkan oleh pasien. Selain itu, pasokan dan stok oksigen juga mencukupi.

Hal yang sama juga disampaikan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP Dr. M. Djamil, Gustafianof kepada Haluan, bahwa berbagai kebutuhan sudah disiapkan untuk mengantisipasi risiko terburuk dengan terjadinya lonjakan kasus. Mulai dari kesiapan SDM dan fasilitas perawatan.

“Seperti oksigen, Alhamdulillah di saat krisis kemarin pun kami tidak mengalami kekurangan. Ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah. Kami juga memiliki tabung penyimpanan liquid yang cukup besar, sehingga stok aman. Sementara untuk ventilator dan ruang rawatan setingkat ICU, RS Djamil termasuk yang terbesar, ada sekitar 60 tempat tidur setingkat ICU,” katanya.

Sementara itu, Gustafianof menyebutkan, seiring dengan melandainya kasus penularan Covid-19, jumlah pasien positif yang menjalani perawatan juga terus berkurang. Bahkan, sejak 20 hari terakhir tidak ada lagi pasien Covid-19 di RSUP tersebut. Sehingga, pihak RS mulai mengkonversi tempat tidur Covid-19 untuk perawatan pasien non-Covid-19.

Ia pun berharap, agar kondisi seperti ini bisa bertahan lama dan ancaman dari varian baru tidak menyebar dan masuk ke Sumbar. Ia mengapresiasi keterlibatan aktif dari berbagai elemen masyarakat dalam menggencarkan vaksinasi.

“Saat ini sudah sangat gencar sekali dilakukan, baik itu oleh pemerintah, aparat, ormas, dan termasuk pengurus masjid. Sudah banyak elemen masyarakat yang terlibat aktif dalam vaksinasi. Ini sangat perlu sebagai upaya bersama untuk memutus mata rantai penyebaran, dan satu yang lebih penting lagi, adalah menaati Prokes,” ujarnya.

Kondisi serupa juga dialami oleh Semen Padang Hospital (SPH). Direktur SPH dr. Selfi Farisha mengatakan, saat ini tidak terdapat pasien Covid-19 yang dirawat di SPH. “Ini sudah berlangsung selama satu bulan. InsyaAllah ke depan, SPH siap dalam pelayanan Covid-19, terutama menghadapi Nataru. Kami sudah siapkan tempat tidur, petugas mulai dokter, perawat dan petugas lainnya, termasuk juga obat, APD dan oksigen,” katanya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan kesiapan fasilitas kesehatan dalam menghadapi lonjakan Covid-19 selama periode natal dan tahun baru. Ia juga mengingatkan untuk memetakan situasi, khususnya di daerah yang berpotensi mengalami peningkatan kasus corona selama Nataru.

“Saya minta Menteri Kesehatan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan kesiapan rumah sakit apabila terjadi lonjakan pasien sakit selama akhir Desember 2021 dan awal Januari 2022. Terutama pemetaan situasi dan terutama di daerah yang berpotensi kasusnya meningkat,” kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas Evaluasi PPKM.

Skenario Lonjakan Kasus

Terpisah, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah memproyeksi sejumlah kondisi kenaikan kasus aktif virus corona pada libur nataru. Proyeksi dengan skenario terburuk atau merah mencatatkan kasus aktif Covid-19 di Indonesia akan mencapai 408 ribu. Namun Aisyah menggarisbawahi bahwa proyeksi itu dibuat sebelum adanya varian Covid-19 B.1.1.529 atau yang disebut varian Omicron.

“Skenario dengan adanya peningkatan infektivitas virus, cakupan vaksinasi yang rendah, mobilitas yang tinggi, kepatuhan protokol kesehatan rendah, dan muncul varian baru yang lebih menular, maka jumlah kasus aktif dapat meningkat mencapai 260 ribu hingga 408 ribu,” kata Dewi dikutip dari cnnindonesia.com, Selasa (14/12).

Namun demikian, sambung Dewi, prediksi jumlah kasus aktif pada gelombang tiga Covid-19 kala Nataru itu masih lebih rendah dibandingkan gelombang kedua yang terjadi pada Juli-Agustus lalu. Sebagaimana diketahui, saat itu jumlah kasus aktif mencapai 570 ribu kasus.

“Puncak kita mungkin tidak akan lebih dari puncak gelombang kedua, karena vaksinasinya sudah jauh lebih luas cakupannya dibandingkan libur Idul Fitri lalu,” katanya.

Lebih lanjut, Dewi juga menjelaskan tiga proyeksi kondisi kasus aktif di Indonesia kala nataru. Pertama skenario hijau dengan kondisi herd immunity atau kekebalan komunal telah terbentuk di Indonesia, mobilitas masyarakat terjaga, dan tidak ada varian baru. Dengan kondisi pertama itu, maka kasus aktif Covid-19 di Indonesia diprediksi akan terus melandai seperti saat ini, bahkan terus menurun.

Sementara proyeksi kedua dengan skenario abu-abu, akan terjadi apabila herd immunity sudah terbentuk, mobilitas tinggi, dan kepatuhan prokes baik. Kemudian untuk proyeksi kenaikan kasus aktif pada skenario ketiga yang berwarna oranye diprediksi kasus aktif mencapai 260 ribu. Kondisi itu terjadi apabila herd immunity belum terbentuk di Indonesia, ditambah dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, kemudian diiringi kepatuhan prokes yang rendah. (h/mg-rga)

Exit mobile version