PADANG, HARIANHALUAN.ID- Sejak satu tahun terakhir, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) bersama sejumlah pemerintah kabupaten/kota sedang gencar mendorong program Sawah Pokok Murah (SPM), sebuah metode budidaya padi yang diyakini lebih ekonomis, produktif serta dan ramah lingkungan.
Antusiasme terhadap metode pertanian terbaru yang digagas tokoh pertanian Sumbar Ir Djoni ini, akhirnya menjalar hingga ke berbagai penjuru tanah air. Ketua Komisi IV DPR-RI Siti Hediati Soeharto pun, bahkan mendorong agar metode SPM diadopsi sebagai program pertanian nasional .
Konseptor metode Sawah Pokok Murah (SPM), Ir Djoni mengungkapkan, budidaya padi sistem SPM, adalah metode yang dirancang untuk membebaskan petani gurem dari sistem pertanian kimia modern yang mahal, merusak unsur hara tanah serta tidak ekonomis.
“Petani kecil yang selalu kekurangan modal akan sangat terbantu dengan metode Sawah Pokok Murah yang sebenarnya tidak hanya murah, namun juga lebih produktif,” ujarnya saat ditemui Haluan di Dangau Inspirasi miliknya yang berlokasi di kawasan Kurao Pagang Kota Padang Jumat (4/7).
Menurut Ir Djoni, produktivitas tanaman padi, sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah. Oleh karena itu, seluruh mikroorganisme alami yang ada didalam tanah, harus dijaga dan tidak boleh diracuni dengan berbagai zat kimia seperti pupuk dan pestisida.
Metode SPM, mencapai semua itu dengan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT), menutup tanah dengan jerami yang dijadikan mulsa organik, tidak menggenangi sawah , menanam benih pada umur muda di tanah yang dangkal, satu benih satu lubang dan mengatur jarak tanah yang renggang.
Cara-cara itu, diyakini akan meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah, memelihara musuh alami hama dan penyakit, dan meminimumkan pertumbuhan gulma atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lainnya.
“Semua ini pada gilirannya akan meminimumkan kebutuhan terhadap pupuk kimia sintetis dan pestisida, serta meminimumkan biaya upah tenaga kerja dengan meniadakan proses pengolahan tanah,” ungkapnya.
Dengan alasan itu, penamaan metode Sawah Pokok Murah dipakai karena memang sistem ini telah terbukti mampu menekan biaya produksi tanpa mengorbankan produktifitas, serta lebih simpel dan gampang diterapkan di berbagai kondisi lahan.
“Konsep Sawah Pokok Murah menjadi solusi ditengah kondisi kian mahal dan langkanya pupuk kimia maupun pestisida yang merusak tanah, maupun ketidakpastian nilai jual panen yang selama ini membelenggu petani,” ucapnya.
Mantan Kepala Dinas Pertanian Sumatra Barat periode 2006-2015 yang saat ini aktif memberikan penyuluhan tentang konsep Sawah Pokok Murah kepada ribuan lebih petani dari berbagai penjuru tanah air ini yakin, SPM adalah solusi pertanian berkelanjutan yang mampu menjawab berbagai tantangan serius yang selama ini dihadapi para petani.
Baik dari ancaman perubahan iklim yang membuat musim kemarau cenderung lebih panjang dan mengganggu pola tanam, maupun ancaman degradasi kualitas lahan pertanian yang disebabkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia berlebihan.
“Sawah Pokok Murah adalah konsep pertanian hijau organik yang juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hasil pembakaran jerami. SPM menyelamatkan petani dari sistem pertanian modern yang mahal dan memiskinkan,” tegasnya.
Selain lebih ramah lingkungan, padi yang ditanam dengan menggunakan metode Sawah Pokok Murah, juga terbukti lebih tahan banting di segala kondisi cuaca. Baru-baru ini misalnya, Kabupaten Agam tengah dilanda musim kemarau berkepanjangan.
“Namun laporan banyak petani di daerah itu, padi mereka justru baik-baik saja, sekalipun sawah non SPM di sebelahnya sudah retak-retak kekeringan,” ucapnya.
Ir Djoni memastikan, konsep SPM bukan metode budidaya padi coba-coba yang lahir dari ruang hampa . Gagasan ini, adalah kuliminasi pemikiran dan pengalamannya yang berakar dari kegelisahan melihat praktek pertanian yang padat modal,mahal, merusak lingkungan dan tidak menguntungkan selama puluhan tahun
Sejak diujicobakan pada tahun 2022 hingga saat ini, metode SPM telah dipraktekkan oleh ribuan orang petani di berbagai penjuru Sumatra Barat. Berdasarkan pengakuan petani, ada banyak keuntungan yang mereka rasakan setelah melaksanakan budidaya padi dengan sistem SPM.
“Yaitu ongkos produksi yang lebih terbatas, pertumbuhan anakan padi dan rumpun produktif yang lebih banyak dan keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan pengukuran yang pernah kami lakukan di 53 lokasi pelaksanaan SPM, produktivitas padi SPM lebih tinggi 30,1 persen dibandingkan dengan produktivitas padi Non SPM konvensional,” jelasnya.
Sebagai konsep pertanian berkelanjutan yang sama sekali baru, Ir Djoni mengakui bahwa tidak ambil pusing atas munculnya berbagai pro kontra maupun gelombang sinisme terhadap penerapan sistem SPM yang saat ini telah mendapatkan dukungan penuh dari Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Bupati Agam, Benni Warlis, Bupati Dharmasraya Annisa Ramadhani dan berbagai kepala daerah lainnya ini.
“Silahkan saja para pakar dan ahli-ahli itu berkomentar. Namun yang jelas, satu-satunya pihak yang telah benar-benar merasakan dampak Sawah Pokok Murah adalah para petani. Sebab sejak awal, Sawah Pokok Murah memang dibuat untuk Memerdekakan Petani Di Sepiring Sawah,” tukasnya. (*)