“Apakah itu dari Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) atau dari Baznas, atau menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibilty) dari perusahaan dan lain sebagainya. Kita berharap, melalui kegiatan yang kita lakukan hari ini akan dapat menghasilkan keputusan dalam rangka percepatan penurunan stunting khususnya di Sumatra Barat,” katanya lagi.
Pada kegiatan itu juga, Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN RI, Tavip Agus Rayanto mengatakan, Presiden sejak 5 April 2018 telah memerintahkan untuk mengoptimalkan koordinasi lintas sektor dalam rangka penanganan stunting.
“Karena stunting menjadi isu penting dalam menyiapkan Sumbar Daya Manusia (SDM) unggul/generasi emas pada 2045,” kata Tavip.
Saat ini seluruh pihak terkait juga masih menunggu hasil SSGI terbaru Tahun 2022, untuk melihat bagaimana data terbaru potret stunting di Indonesia. “Hasil SSGI sebetulnya sudah selesai oleh Kemenkes, tapi masih dilaksanakan cleansing data,” ujarnya.
Dikatakannya lagi, data tersebut akan segera di reportkan secara nasional dalam waktu dekat. “Kita berharap prevalensi stunting di Sumbar bisa turun signifikan, agar ikhtiar kita selama satu tahun ini terlihat dan terukur,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah yang juga membuka kegiatan rapat evaluasi tersebut mengapresiasi seluruh pihak yang sudah berperan dalam percepatan penurunan stunting di Sumbar.
Mahyeldi menambahkan, meskipun capaian Sumbar sudah baik dibandingkan nasional, namun Sumbar tetap harus berupaya untuk mencapai target dari Presiden sesuai Perpres No. 72 Tahun 2021 yakni 14 persen pada 2024.