KOTA SOLOK, HARIANHALUAN.ID –Merasa terabaikan bertahun-tahun, masyarakat Payo Kota Solok mengeluhkan tiga titik akses jalan vital pertanian mereka yang rusak parah. Hal tersebut disampaikan mereka kepada Anggota DPRD Kota Solok Deni Nofri Pudung saat reses di Payo, Kota Solok, Kamis (8/2).
“Tiga titik titik tersebut kondisinya memang sudah sangat menyedihkan sekali, terlebih yang terletak di Kubang Amba, itu memang membutuhkan perhatian dan juga perbaikan segera,” ucap Pudung.
Apalagi, ditambahkan Pudung, jalan tersebut juga merupakan jalan yang ditempuh anak-anak untuk pergi bersekolah, pulang dan pergi, jadi selain akses vital pertanian dalam perekonomian masyarakat Payo, jalan ini juga turut menentukan masa depan anak-anak Payo.
“Tadi, setelah saya tinjau, Jalan Kubang Amba memiliki panjang lebih kurang 500 meter dengan lebar 2,5 meter, dan itu memang sangat rusak, sebab jalannya masih jalan tanah, ditambah di tengah musim hujan seperti sekarang,” tuturnya.
Sementara dua akses jalan lainnya, dikatakan Pudung, yaitu Jalan Siti Nurhuda, dan Jalan Kadang Tampek sama saja kondisinya dengan Jalan Kubang Amba, tidak jauh berbeda, hanya saja panjang jalan sedikit lebih pendek daripada Jalan Kubang Amba.
“Selain itu, seperti yang dikeluhkan masyarakat, saya juga telah melihat betapa drainase yang ada di Payo ini tidak berkesinambungan antara satu dan yang lain, sehingga itu tentu akan memiliki efek pada tebing tanah,” ucapnya.
Jika ini terus berlanjut, diterangkan Pudung, maka kemungkinan tebing-tebing tanah akan terus tergerus, yang pada tahap atau tingkatan tertentu bisa jadi menyebabkan tebing itu runtuh atau pun longsor.
Terpisah, salah seorang warga Payo, Ismayanti saat mendampingi Pudung meninjau Jalan Kubang Amba menyampaikan, bahwa ia merasa sangat sedih saat melihat anak-anak sekolah yang diantar oleh orang tua mereka dengan cara digendong.
“Kalau musim hujan begini, anak-anak itu berangkat ke sekolah dengan cara badukuang di punggung orang tua mereka, dan itu mereka lakukan agar anak-anak mereka tiba di sekolah dengan keadaan bersih dan rapi,” ucapnya.
Padahal, dikatakan Yanti, bahwa Payo adalah bagian dari Kota Solok juga, namun di sisi lain, masyarakat Payo belum betul-betul dapat merasakan bagaimana gegap-gempita pembangunan yang digembar-gemborkan orang-orang kota. (h/mg-drp)