Doddy San Ismail juga menambahkan metode budidaya ini praktis dan murah, sehingga petani dapat meminimalisir biaya produksi dan memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Ia berharap program ini dapat membantu meningkatkan pendapatan petani dengan biaya yang lebih efisien.
“Kami berharap program ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani melalui efisiensi biaya dan hasil yang optimal. Hingga April 2025, produksi padi sudah mencapai 36.786 ton,” tambahnya.
Apresiasi juga datang dari Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Barat, Ferdinal Asmi. Ia menilai inisiatif ini sejalan dengan visi dan misi Pemprov Sumbar untuk menjadikan daerah sebagai lumbung pangan nasional.
“Sawah Pokok Murah adalah inovasi penting dalam meningkatkan produksi dengan biaya rendah serta menurunkan emisi gas rumah kaca. Petani bisa menghasilkan lebih banyak dengan biaya lebih murah. Jika metode konvensional hanya menghasilkan 4,5 ton per hektare, dengan SPM bisa mencapai 6,3 ton. Biaya juga bisa ditekan hingga 40 persen melalui efisiensi air dan pengurangan pupuk,” jelas Ferdinal.
Ia menyebut program ini sebagai inovasi nyata yang bermanfaat langsung bagi masyarakat petani. Metode serupa juga telah diterapkan di beberapa kabupaten dan kota di Sumatera Barat. (*)
 
			













