Kondisi serupa dialami oleh Koperasi Pesona Minang, yang beranggotakan perajin batik sampan di Kota Pariaman. Koperasi yang didirikan pada 2021 ini juga mengalami penurunan aktivitas akibat minimnya partisipasi anggota.
Ketua koperasi, Dedek Andika, menyebut bahwa awalnya koperasi memiliki 20 anggota, tetapi kini hanya tersisa kurang dari 10 orang yang aktif. “Paling yang benar-benar aktif hanya lima orang saja, yaitu mereka yang memang serius menekuni usaha batik sampan,” ujarnya.
Kesulitan ekonomi menjadi alasan utama banyak anggota enggan membayar simpanan wajib bulanan sebesar Rp25 ribu, yang seharusnya digunakan sebagai modal usaha. “Simpanan wajib yang tersendat menghambat operasional koperasi. Ditambah lagi, anggota yang semakin berkurang membuat koperasi sulit berjalan aktif,” jelas Dedek.
Meski demikian, pemerintah tetap memberikan perhatian dengan menyalurkan bantuan berupa bahan dan peralatan membatik. Pada 2023, koperasi mendapatkan bantuan bahan pewarna melalui program aspirasi dewan. Dedek berharap ke depan koperasi dapat berbenah dengan mengajak kembali anggota yang bersedia berpartisipasi aktif.
Koperasi sekolah SDIT Marhamah Solok Selatan juga mengalami mati suri akibat kurangnya kepercayaan anggota serta belum terdaftar sebagai badan hukum. “Kami masih dalam proses pendaftaran ke badan hukum. Mungkin juga ada faktor pengelolaan yang kurang transparan atau tidak menguntungkan anggota, sehingga kepercayaan mereka menurun,” ujar pengurus koperasi, Siska Nova.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghidupkan kembali koperasi ini, termasuk restrukturisasi manajemen, mencari mitra strategis, dan menyesuaikan model bisnis. Namun, kesulitan dalam menyamakan visi antar pengurus menjadi kendala utama.