Menurut Dedy, penurunan tingkat mobilitas masyarakat pada masa mudik Lebaran tahun ini memang cukup mengherankan. Padahal durasi masa libur sekolah dan cuti bersama tahun ini jauh lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya.
“Penurunannya memang sekitar delapan persen. Penyebabnya kami belum tahu pasti. Tapi ada kemungkinan karena kebijakan efisiensi anggaran. Saya rasa arahnya memang ke sana,” ucapnya.
Terlepas dari situasi terkini sosial-ekonomi masyarakat yang mempengaruhi arus mobilitas pada musim libur Lebaran tahun ini, Kadishub menyebut jumlah kendaraan yang tercatat keluar-masuk wilayah Sumbar selama hampir tiga minggu masa Angkutan Lebaran 2025 terbilang fluktuatif.
Namun, diketahui puncak lonjakan arus mudik terjadi pada tanggal 1 April 2025, dengan jumlah kendaraan yang melintasi gerbang perbatasan Sumbar-Riau di jembatan timbang Tanjung Balit mencapai angka 10 ribu unit lebih kendaraan. “Jumlah itu didominasi mobil pribadi dan sepeda motor. Tidak termasuk kendaraan barang. Sebab mulai tanggal 24 Maret kami sudah memberlakukan pembatasan operasional kendaraan bersumbu tiga,” ucapnya.
Secara umum, ia menyatakan bahwa kondisi arus lalu lintas di seluruh wilayah kabupaten/kota pada musim libur Lebaran tahun ini cukup ramai lancar dan tidak ada kemacetan panjang yang begitu menyolok.
Sampai sejauh ini, insiden kecelakaan lalu lintas yang cukup besar hanya terjadi di ruas jalan alternatif Sicincin–Malalak pada Minggu (6/4) siang sekitar pukul 12.00 WIB. Kecelakaan tunggal itu melibatkan bus pariwisata Laluna Korona tujuan Bukittinggi–Palembang.