PADANG, HARIANHALUAN.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai dinamika cuaca yang saat ini tidak menentu. Terlebih bagi Sumbar yang saat ini memasuki peralihan musim.
Kepala BMKG Kelas II Minangkabau, Desindra Dedi Kurnia menjelaskan, sebagian wilayah Sumbar telah memasuki musim kemarau. Sedangkan wilayah lainnya masih mengalami hujan, meskipun hanya bersifat lokal dan berintensitas ringan hingga sedang. “Wilayah seperti Solok Selatan dan Dharmasraya masih berpotensi diguyur hujan pada malam hari. Tapi sifatnya sporadis, tidak merata,” ujar Desrindra, Minggu (6/7).
Sedangkan Kota Padang memiliki karakteristik iklim yang unik karena tidak mengikuti pola musim seperti daerah lainnya. Akibatnya, wilayah ini cenderung mengalami hujan sepanjang tahun, berbeda dengan beberapa kabupaten yang kini mulai mengalami kekeringan. Hal ini berdasarkan pantauan hari tanpa hujan (HTH), di mana beberapa daerah mengalami lebih dari 17 hari tanpa curah hujan.
“Wilayah yang mengalami HTH 11 hingga 20 hari masuk dalam kategori kekeringan menengah. Ini menjadi indikasi kuat bahwa musim kemarau telah melanda sebagian Sumbar,” katanya.
Selain kekeringan, peningkatan jumlah titik panas atau hotspot turut menjadi perhatian BMKG. Pada 27 Juni lalu, terpantau 322 titik panas (hotspot) di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) dan 167 titik di Pasaman Barat (Pasbar). Meski belum seluruhnya dipastikan sebagai kebakaran lahan, tren ini dinilai mengkhawatirkan.
“Kami minta masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan. Kondisi tanah yang mulai mengering sangat rentan terhadap kebakaran, seperti yang pernah terjadi di Lembah Harau dan Solok,” ujarnya. (*)