Setelah sampah diserahkan, pihak BSIO akan merekap dan memberikan buku tabungan. Sistem tabungan ini menarik, karena manfaatnya yang bervariasi. Bagi mahasiswa, saldo tabungan sampah bisa digunakan untuk membayar biaya studi selama satu semester. Sementara itu, dosen atau tenaga kependidikan (tendik) biasanya menukarkan tabungan mereka untuk keperluan jangka waktu satu tahun.
Faldi menyebutkan, rata-rata setiap bulannya BSIO mampu mengolah sekitar 50 kilogram minyak jelantah, 100 kilogram kertas, dan 30 kilogram plastik. Angka ini membuktikan bahwa edukasi dan inovasi yang mereka jalankan berhasil menarik partisipasi aktif masyarakat.
Salah satu program unggulan BSIO yang menarik perhatian adalah Simpan Sampah untuk Qurban (Siminqur). Program ini memungkinkan nasabah untuk menabung sampah dan menukarnya dengan hewan kurban saat Hari Raya Iduladha.
Faldi menjelaskan, prosesnya sangat sederhana. Warga yang tertarik berpartisipasi cukup menabung sampah kering, seperti plastik, kertas, dan kaleng, di BSIO. “Nasabah BSIO yang berniat mengikuti kurban bisa menabung sampah mereka melalui program ini, yang disebut Simpanan Insan Qurban. Setelah jumlah tabungan sampah mencapai nilai yang setara dengan harga hewan kurban, nasabah bisa menukarkannya,” ujar Faldi.
Program Siminqur tidak hanya memudahkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam ibadah kurban dengan cara yang terjangkau, tetapi juga membawa banyak manfaat lain.
“Program ini secara langsung membantu mengurangi volume sampah yang dibuang, meningkatkan kesadaran lingkungan, dan membuka peluang ekonomi baru bagi para nasabah,” ucapnya.














