KJRB memanfaatkan sifat air. Saat air menguap, uap airnya akan ke atas. Di dalam KJRB, uap air tidak bisa keluar karena di atas terdapat plat beton solid dengan rusuk-rusuk yang mengakibatkan kelembaban tanah pengisi di dalam KJRB terjaga stabil. Tanah bersifat ekspansif dan tidak bisa kembang susut, kemudian menjadi tanah biasa.
KJRB adalah kokoh, efisien dan ekonomis, mampu menggantikan 25 item pekerjaan dari konstruksi bangunan bawah (sub structure). Mampu mengubah semua gaya menjadi tekanan pembesian sangat hemat hanya sekitar 120-150 kg/m3 beton dan bisa menghemat biaya total seluruh bangunan bawah 10 persen-25 persen dibanding pondasi lain.
KJRB Juga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan kebisingan, getaran, keretakan terhadap bangunan tetangga dan lumpur.
Pelaksanaan KJRB dengan menerapkan sistem ban berjalan. Dimulai dengan pekerjaan galian, bekisting dan pembesian, pemasangan pasak, Rib KJRB, tanah dipadatkan lapis per lapis lalu plat KJRB siap untuk dicor.
Hadi menyebutkan, beberapa bangunan di Sumbar yang sudah menggunakan KJRB terbukti tidak rusak akibat gempa Tahun 2009.
“Di antaranya Gedung Sekretaris Daerah Solok, Tugu Ayam di Aro Suka, beberapa gedung kuliah Universitas Negeri Padang (UNP) dan sekarang sedang tahap penyelesaian di GOR Kota Solok,” ucapnya.
Tidak hanya di Sumbar, pondasi KJRB ini juga telah banyak digunakan di provinsi lain, seperti di Gedung Polda Riau, Gedung Makorem Pekanbaru, Gedung Samsat Mataram IGD RSUD Sidoarjo, Gedung Imigrasi Kemenkumham Bima-NTB dan Gedung Parkir Universitas Muhamadyah Makasar.