“Waktu itu, saya sedang di depan Polsek Padang Selatan. Tiba-tiba gempa besar, sekeliling saya juga langsung mulai hancur. Panik entah bagaimana, cemas, semua bercampur. Saya langsung bergegas ke arah rumahnya di Kampung Nias,” ujarnya.
Hal yang ditakuti Ridwan benar terjadi, mendapati rumah sang kakak yang turut rata dengan tanah. Ia berteriak memastikan keadaan, namun tak satu suara pun yang menyautnya.
“Sekililing hancur, tidak hanya rumahnya. Besok paginya baru kakak saya bisa dievakuasi, dan dia pergi untuk selama-lamanya,” sambungnya.
Demikian begitu, hari-hari Ridwan dirapalkannya mengikhlaskan sang kakak. Hari ini, Jumat, (30/9/2023) hanya sebagian dari hari-harinya untuk mengenang kakak, Edi Hermanto.
“Setiap hari saya kenang. Tapi setiap tanggal 30 September ini, selagi saya ada, saya ingin berdoa di Tugu Gempa ini yang tertera namanya,” sebut Ridwan.
Dengan doa-doa yang dirapalkannya, ia berharap tempat terbaik bagi sang kakak dan korban lainnya. Begitu juga kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam bencana yang harus ditingkatkan setiap unsur masyarakat. (*)