PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Sejumlah nelayan di Desa Taluak Kota Pariaman mengeluhkan sulitnya pembelian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU untuk aktivitas menangkap ikan. Pasalnya, mereka diberi batasan waktu, sehingga tidak bisa membeli minyak pada waktu malam.
“Kami biasanya pulang melaut itu di malam hari dan langsung membeli minyak lagi untuk berangkat esok pagi. Namun, SPBU di Pariaman tidak melayani pembelian minyak oleh nelayan di waktu tersebut,” kata salah seorang nelayan Desa Taluak, Febry (30) kemarin.
Ia mengatakan, nelayan di desa tersebut kebanyakan tidak dapat menyetok BBM untuk dua kali keberangkatan. Jika tidak dilayani oleh SPBU terdekat, biasanya mereka mencari alternatif dengan membeli di kios atau SPBU luar daerah yang jaraknya cukup jauh.
“Terkadang ada juga nelayan yang tidak bisa menangkap ikan di pagi hari karena kendala pembelian minyak. Padahal, waktu tersebut terhitung sebagai waktu yang baik untuk mendapat tangkapan yang bagus,” ujar Febry.
Menurutnya, kesulitan pembelian BBM bagi nelayan sudah dirasakan selama setahun terakhir. Selain kendala waktu pelayanan, pihaknya juga mengaku dipersulit dengan syarat administrasi untuk pembelian BBM.
“Sebelumnya, kami sebagai nelayan masih bisa membeli minyak di malam hari. Namun, entah kenapa sekira setahun terakhir sudah tidak boleh lagi. Ditambah untuk pembelian sehari-hari kami perlu mengurus surat-menyurat yang lebih ribet dari biasanya,” ungkapnya.
Febry menyebut, nelayan yang ingin membeli BBM dimintai kartu nelayan, surat dari desa serta surat dari kedinasan. Namun, baginya pemenuhan kelengkapan surat masih bisa dipenuhi oleh para nelayan.
“Kalau syarat administrasi kami masih bisa penuhi. Namun, yang menjadi masalah krusial bagi nelayan adalah keterbatasan waktu pelayanan dari pihak SPBU. Hal ini terkadang membuat nelayan tidak jadi berangkat melaut di pagi hari,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Taluak Ismet Zuhri membenarkan keluhan dari warganya. Ia mengaku sudah menyampaikan keluhan tersebut pada pemerintah daerah, tetapi masih belum mendapatkan solusi.
“Kami sudah berkomunikasi dengan pemda terkait pembelian BBM yang sangat sulit didapatkan di SPBU. Memang benar bahwa SPBU di Pariaman tidak melayani pembelian minyak oleh nelayan di waktu malam, tetapi kendala tersebut belum mendapat jawaban dari pemda,” katanya.
Ia menuturkan, kesulitan pembelian BBM berpengaruh terhadap penghasilan warga Desa Taluak. Pasalnya, sekitar 70 persen warganya berprofesi sebagai nelayan.
“Bisa dibilang Desa Taluak ialah kampung nelayan paling besar di Kota Pariaman. Aktivitas menangkap ikan sangat memengaruhi keberlangsungan hidup masyarakatnya,” katanya.
Menurut Ismet, warganya sering mencari alternatif lain saat tidak melaut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Misalnya, dengan menjadi kuli bangunan, tukang ojek, atau sekedar memperbaiki jaring untuk persiapan menangkap ikan berikutnya.
Ia berharap, pemerintah daerah segera menjawab keluhan nelayan, sehingga aktivitas menangkap ikan berjalan normal seperti biasanya. “Kami berharap pemerintah kota dapat membantu nelayan yang saat ini kesulitan dalam menangkap ikan, terutama untuk kemudahan pembelian BBM kapal nelayan,” katanya. (*)