Taman monumen tempat prasasti yang berusia 64 tahun itu dibersihkan. Tangga, tapak bangunan, hingga pilar dengan tinggi 2,45 meter kini terlihat tacelak. “Sengaja kami bersihkan karena bernilai sejarah tinggi, sebagai saksi dan bukti sejarah penyerahan perusahaan ini dari tangan Belanda,” tutur Nur Anita Rahmawati.
Ia menyampaikan, sebelumnya tidak banyak yang mengetahui ada monumen bersejarah tersebut. “Sebelumnya saya tidak tahu adanya monumen ini. Mungkin juga karyawan PT Semen Padang lainnya, terutama dari kalangan generasi muda yang tidak berkantor di sekitar monumen tersebut. Dengan dibersihkan kembali, bisa menjadi perhatian bagi insan perusahaan, tentang betapa pentingnya monumen ini di masa lalu,” kata Nur Anita Rahmawati.
Tak hanya Nur Anita, Kiki Warlansyah, staf Departemen Bisnis Inkubasi Non Semen (BINS) PT Semen Padang baru mengetahui keberadaan monumen yang berada di belakang kantornya.
“Saya baru tahu ketika pindah ke kantor ini beberapa tahun ini. Saya melihat dari lantai 2 kantor, ada sebuah monumen di bawah. Lalu saya baca tulisan prasastinya, dan akhirnya saya jadi tahu monumen ini benar-benar bersejarah,” kata Kiki.
Menurut Ariyanto Thaib, pensiunan Humas PT Semen Padang, monumen tempat melekatnya prasasti timbang terima pabrik itu dibangun sekitar tahun 70-an.
“Dalam hitungan bulan pada awal kepemimpinan Direktur Utama PT Semen Padang yang saat itu dijabat Azwar Anas, monumen itu dibangun di depan Kantor Pusat PT Semen Padang kala itu,” kata Ariyanto.