Pemilik Pondok Warung Kito, Yosawil menyebutkan, perpaduan bahan teh telur terdiri dari telur bebek, atau telur ayam kampung, gula, teh dan racikan bahan lain sesuai ilmu pengetahuan dan pengalaman. Inilah yang membuat rasa dan khasiat teh telur berbeda dengan yang lain.
“Selanjutnya, di Sumatra Barat (Sumbar) sudah dikenal dengan minuman yang namanya teh telur yang tidak asing lagi bagi masyarakat Minang. Setiap warung (kedai) pasti ada dan bisa bikin teh telur” kata Yosawil.
Bahkan masyarakat Minang, kata Yosawil, yang buka usaha kuliner atau warung kopi di perantauan seluruh Indonesia, dikenal warung Padang sebutan oleh masyarakat juga menjual dan membuat teh telur dengan rasa yang beraneka ragam setiap warung.
“Kualitas rasa, ciri khaslah yang paling diutamakan untuk menjaga konsumen tetap selalu datang,” tutur pemilik warung.
Selain dari itu, Pondok Warung Kito tidak hanya sekedar warung menjual minuman teh telor saja, tetapi juga sebagai palanta lapau (tempat berkumpul) oleh masyarakat kampung di daerah Batu Basa.
“Tempat untuk bersosialisasi dan bercanda gurau. Dengan beragam berpendapat bahkan jadi ajang perdebatan pendapat, tapi selesainya di palanta lapau saja. Apapun yang jadi perdebatan, ada sebuah istilah kalau di palanta lapau semua persoalan cepat selesai, keputusan sidang cepat didapat,” ujarnya.