Dengan strategi yang komprehensif, organisasi dapat melangkah dengan mantap dan terarah menuju tujuannya. Taktik operasional yang jelas menjadi panduan bagi setiap individu dalam organisasi untuk menjalankan perannya secara efektif. Lebih dari itu, strategi yang baik juga harus fleksibel dan adaptif. Situasi dan kondisi dapat berubah dengan cepat, dan strategi pun harus mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Organisasi harus terus memantau kemajuan dan mengevaluasi efektivitas strategi serta melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan keberhasilannya.
Berdasarkan teori Manajemen Berdasarkan Tujuan (MBO) dari Peter Drucker (Sedarmayanti, 2011), peran humas tidak hanya sebatas penyebar informasi dan pembentuk citra positif. Humas dituntut untuk memiliki sifat kehumasan yang mumpuni, menjadi mitra strategis, dan berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.Sifat kehumasan yang esensial bagi humas modern meliputi komunikasi yang efektif, pemahaman bisnis yang mendalam, keterampilan interpersonal yang kuat, kreativitas dan inovasi serta keterampilan analisis dan pemecahan masalah. Jadi, dalam rangka mencegah krisis citra, humas melakukan beberapa tindakan.
Salah satunya adalah memberikan perhatian lebih pada pengguna yang melakukan komentar negatif. Selanjutnya, humas bekerja sama dengan pihak manajemen atau atasan perusahaan atau instansi untuk menerjemahkan instruksi dari petinggi instansi kepada publik. Proses tersebut melibatkan berbagai pertimbangan dan analisis. Selain itu, humas juga melakukan tindakan pencegahan krisis yang sesuai dengan etika dan teori kehumasan. (Bukit, 2017)
Singkatnya pada era digital ini, organisasi dihadapkan pada dua sisi mata pisau media sosial, yaitu potensi propaganda yang berbahaya dan peluang kekuatan digital yang luar biasa. Untuk itu, humas sebagai garda terdepan dalam menjaga citra organisasi harus memiliki strategi yang komprehensif sehingga kita dapat mempersiapkan media sosial sebagai ‘sang Fighter’ dengan berbagai upaya dalam bertarung menghadapi krisis.
Beberapa taktik dan strategi juga harus disiapkan, yaitu medsos sebagai alat komunikasi yang efektif, citra merupakan cerminan identitas dan kunci keberhasilan, sikap kehumasan yang dipadupadankan dengan keahlian kehumasan yang mumpuni berlandaskan etika dan teori kehumasan serta terakhir, pencegahan krisis citra dengan memberi perhatian lebih dan bekerja sama dengan manajemen serta analisa yang mendalam.
Humas yang strategis dan adaptif dengan era digital menjadi kunci bagi organisasi untuk menavigasi krisis citra, membangun reputasi positif, dan mencapai tujuannya. Dengan memanfaatkan kekuatan media sosial secara efektif, menjalin hubungan yang kuat dengan publik, dan menerapkan strategi kehumasan yang tepat, organisasi dapat meraih kesuksesan dan berkontribusi positif bagi masyarakat. (*)
Referensi :
Bukit, B., Malusa, T., & Rahmat, A. (2017). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Teori, Dimensi Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi. Zahir Publishing. Yogyakarta
Effendy, O, U. (1983). Human Relations dan Public Relations dalam Management. Alumni. Bandung
Kasali, R. (2003). Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT. Pusaka Utama Grafiti. Jakarta
Sedarmayanti, A. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan MAnajemen Pegawai Negeri Sipil (Cetakan Kelima). PT Refika Aditama. Bandung.
Oleh: Charlie Doma Putra (Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang)