Area tersebut adalah Sumatra Barat umumnya dan khususnya jalur warisan dunia yang dimulai dari Emmahaven (Teluk Bayur), jalur kereta api dari Padang ke Sawahlunto hingga Kota Lama Sawahlunto. Setelah hal tersebut membatin dalam jiwa masyarakat, seterusnya baru membangun atau renovasi objek fisik.
“Pemko Sawahlunto, pemerintah pusat dan bahkan Icomos–Dewan Internasional pada situs dan monumen sudah beberapa kali melakukan sosialisasi berupa Forum Grup Discussion (FGD) kepada masyarakat,” katanya
Tidak hanya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia juga mendukung OCMHS melalui siraman dana segar senilai Rp2,3 miliar untuk museum, yaitu Museum Gudang Ransoem, Museum Kereta Api, Lubang Tambang Mbah Soero, Museum Tari, Museum Alat Musik dan Museum Lukisan. Dana itu dimanfaatkan untuk kajian koleksi museum, penataan koleksi, pemeliharaan dan sekolah masuk museum.
UNESCO sebagai organisasi PBB di bidang kebudayan juga mendukung warisan dunia ini melalui kajian interpretasi. UNESCO akan menggali cerita yang pernah terjadi di area situs OCMS itu.
“Anggarannya berasal dari Pemerintah Negara Belanda. Interpretasi ini dilakukan selama dua tahun dimulai Tahun 2022. Ada lagi dukungan dana dari Pemerintah Negara Jerman, yaitu pendampingan homestay. Harapannya pemilik dan pegawai homestay tidak hanya menjual penginapan, tetapi dapat menjelaskan tentang OCMHS kepada tamu atau guide,” ujarnya lagi.
Sementara OCMHS sendiri terdiri dari 24 atribut dengan 51 objek signifikan, 45 objek berada di Kota Sawahlunto dan enam objek lagi terdapat di enam kota/kabupaten lain, yaitu Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.