Meski berat, Upik bertekad memberikan pengobatan terbaik untuk putranya. Namun, kondisi ekonomi keluarga menjadi kendala besar. Suaminya kini hanya bekerja sebagai buruh lepas yang gaji tak menentu, sementara Upik berjualan kacang goreng dari rumah untuk menambah penghasilan.
“Kalau lagi ramai, lumayan bisa bantu beli kebutuhan Zikri. Tapi kadang juga mandek, nggak ada yang beli,” ujarnya.
Saat ini, satu-satunya harapan tetap datang dari BAZNAS Kabupaten Agam yang memberikan bantuan sebesar Rp500 ribu setiap bulan selama tiga bulan, sebelum kemudian diperbarui kembali.
“Alhamdulillah masih ada bantuan dari BAZNAS. Itu sangat membantu untuk ongkos ke rumah sakit,” kata Upik.
Meski mendapat bantuan BPJS untuk pembelian obat, biaya transportasi dan konsumsi bergizi tetap menjadi beban tersendiri.
“BPJS memang menanggung obat, tapi kami tetap butuh biaya ke rumah sakit dan makanan bergizi buat Zikri. Kadang saya bingung harus ambil dari mana,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Di balik kondisi yang serba sulit, Upik tetap menjadi sumber semangat bagi anaknya. Ia bercerita, pernah suatu waktu Zikri ingin menyerah karena lelah harus bolak-balik rumah sakit.














