“Zikri sempat bilang, ‘Bu, capek transfusi terus.’ Saya hanya bisa peluk dia dan bilang, kita harus kuat, nak. Ibu nggak akan berhenti berjuang,” katanya.
Kini, Zikri sudah memiliki pendonor darah tetap, sesuatu yang sangat disyukuri oleh Upik. “Semoga pendonor-pendonor itu selalu diberi kesehatan, karena mereka sangat berarti bagi kehidupan Zikri,” ucapnya haru.
Harapan terbesar Upik sederhana, agar perekonomian keluarganya bisa membaik sehingga ia tak lagi bingung setiap kali waktu transfusi tiba.
“Saya ingin usaha kecil saya bisa jalan, biar bisa terus obati Zikri tanpa harus minta-minta. Tapi untuk memulai lagi, saya nggak punya biaya,” katanya pelan.
Sementara itu, dari balik senyum lembutnya, Zikri menyimpan satu harapan yang belum pernah padam, bertemu dengan sang ayah kandung. “Dia sering bilang ingin ketemu ayahnya, walau cuma sekali,” tutur Upik.
Di tengah perjuangan panjang yang belum usai, kisah Zikri dan ibunya menjadi cermin ketabahan seorang anak dan kekuatan cinta seorang ibu, berjuang tanpa henti demi seberkas harapan hidup. (*)














