PADANG, HARIANHALUAN.ID – Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), Fatmawati mengatakan angka prevalensi stunting di Sumbar tahun 2023 turun jadi 23,6 persen.
“Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, bahwa prevalensi stunting di Sumatera Barat sebesar 23,6. Angka ini turun kembali dibandingkan tahun 2022 yaitu sebesar 25,2,” kata Fatmawati pada kegiatan Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) TA 2024, Kamis (28/3/2024).
Lebih lanjut dikatakannya, hal itu tentunya hasil kerja keras seluruh pihak di tahun 2023. Di samping itu, dengan prevalensi stunting ini, menjadi evaluasi untuk tahun 2024, agar upaya dalam percepatan penurunan stunting harus lebih ditingkatkan.
Dalam sambutannya, Fatmawati menyebut upaya percepatan penurunan stunting, salah satunya adalah penyediaan dan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting.
“Keluarga Berisiko Stunting 2023 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 yaitu dari 46,19 persen nenjadi 38, 89 persen (turun 7,3 persen). Tentunya tersebut hasil dari intervensi konvergensi dari beberapa lintas sektor baik secara sensitive maupun spesifik,” katanya lagi.
Berhasil turunnya keluarga berisiko stunting dan prevalensi stunting tahun 2023, tidak lepas juga dari bantuan pihak-pihak yang masuk dalam Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting.
Tercatat dari Satgas Stunting, total nilai Rp3.364.237.300 dari 522 pihak dengan jumlah penerima manfaat 2.075 keluarga atau anak. Bentuk bantuan beragam mulai dari PMT, perbaikan sanitasi, bedah rumah, jamban, dapur, bantuan uang langsung dan bantuan lainnya yang membantu keluarga atau anak yang stunting serta berisiko stunting.
Fatmawati juga menyampaikan, Perwakilan BKKBN Sumbar telah melakukan audit kasus stunting tahun 2023 di 19 Kab/Kota sebanyak 2 kali dalam 1 tahun. Dengan jumlah 345 auditee (7 catin, 91 ibu hamil, 4 ibu pasca persalinan dan 243 (baduta/balita).