“Pendampingan juga kita datangkan dari dinas dan tenaga profesional untuk jadi mentor bagi masyarakat. Selain itu, masing-masing nagari juga punya perantau-perantau yang hebat yang bisa menjadi mentor atau pendamping. Kami mengedepankan adanya kolaborasi ranah dan rantau, agar nagari desa kita bisa solid. Ini modal untuk menggalang potensi dan pengembangan desa wisata di Sumbar,” katanya.
Kesadaran SDM di desa dan nagari terhadap kepariwisataan, kata Gubernur, merupakan salah satu kendala untuk pengembangan desa wisata. Hospitality dan wawasan pengelolaan wisata merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan desa wisata.
“Kesadaran pariwisata perlu ditingkatkan, keramahan atau hospitality bagi pengunjung perlu ditingkatkan, itu makanya ada pendamping. Hal itu adalah syarat selain kesiapan sarana prasarana. Selain itu, pendanaan yang lebih besar atau adanya investasi akan berdampak pada percepatan pengembangan wisata desa,” katanya menutup.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy, bahwa desa wisata merupakan salah satu pendorong kebangkitan pariwisata Sumbar pascapandemi Covid-19.
Sebab, rata-rata pengelolaan oleh pokdarwis sudah sangat baik. “Kita bisa klasifikasikan dari 254 desa wisata yang terdaftar tahun ini, yaitu grade I, II dan III. Untuk grade I, yang telah masuk nominasi kebersihan dan pelayanannya sudah sangat baik dalam menyambut wisatawan,” katanya.
Menurut Audy, desa wisata di Sumbar juga sudah siap untuk menjadi destinasi baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumbar. Termasuk pada momentum libur Lebaran 1443 Hijriah kemarin.