Sebagai wakasek kurikulum, Tari mengaku sebenarnya cukup kewalahan mengatur jadwal kelas dengan sistem ini. Namun, semua terbayarkan karena murid lebih menikmati proses belajarnya.
Tidak jauh berbeda dengan Tari, di sekolah tempat Cicilia berkarya, banyak kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan persiapan anak mengenal minat dan bakatnya.
“Kami kaitkan dengan kegiatan yang sudah ada. Misalnya live-in. Atau P5 di tema Bangunlah Jiwa dan Ragaku, fasilitator akan meramu sedemikian rupa agar nanti goalnya murid memahami kebutuhan untuk kariernya,” terangnya.
Kegiatan rutin lain yakni edu-fair dimana sekolah mengundang berbagai kampus untuk melakukan eksibisi memperkenalkan program studi yang dimiliki. Kampus yang diundang akan disesuaikan dengan kebutuhan murid sesuai hasil analisis dari guru BK.
Proses untuk sampai murid mengenal minat dan bakatnya tidak bisa dilakukan dalam satu atau dua kali kegiatan melainkan berkelanjutan. Cicilia mengatakan, butuh komitmen yang kuat dari guru untuk mendampingi murid.
“Memakan waktu, tenaga dan pikiran tapi itu resiko kami. Pendampingan nggak berhenti ketika mereka sudah memilih mata pelajaran tertentu tapi berkelanjutan sampai murid lulus dan kuliah,” tuturnya.